BERITA INDEX BERITA

Sri Sultan, Saatnya Memacu Diversifikasi Pangan Lokal

Nadi Negeri | DiLihat : 681 | Kamis, 20 Agustus 2020 | 09:01
Sri Sultan, Saatnya Memacu Diversifikasi Pangan Lokal

YOGYAKARTA - Selalu ada anugerah dalam musibah. Seperti itulah gambaran terhadap sektor pertanian di tengah pandemi CoViD-19 yang juga tengah melanda Indonesia. Bagaimana tidak? Menurut data BPS, sektor pertanian justru tumbuh hingga 16,4% selama pandemi ini.

Hal ini dipaparkan Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam Pencanangan Gerakan Diversifikasi dan Ekspose UMKM Pangan Lokal yang digelar virtual pada Rabu (19/08). melalui video conference dari Gedhong Pracimasana, Sri Sultan memberikan arahan dan berdialog dengan pemerintah kabupaten/kota se-DIY.

“Meski banyak sektor terpuruk, justru sektor pertanian tampil gagah di tengah pandemi. Ketika banyaknya kendala ekspor import di sektor lain, inilah momentum yang tepat untuk sektor agro bangkit dengan memanfaatkan terbukanya peluang dalam mengakselerasi pertumbuhannya,” ungkap Sri Sultan. Saat video conference dilaksanakan Gubernur DIY didampingi oleh Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda DIY, Tri Saktiyana, Kepala Dinas Koperasi dan UKM Ir. Srie Nurkyatsiwi, MMA dan Ir. Syam Arjayanti, MPA selaku Wakil Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY.

Sri Sultan mengatakan, saat ini menjadi waktu yang tepat pula untuk pencanangan gerakan diversifikasi pangan lokal. Guna menyertai gerakan ini, tiap-tiap daerah di Indonesia memiliki pilihan untuk mengembalikan tradisi olah pangan lokal non beras yang menjadi komoditas daerahnya.

“Berbagai masyarakat di daerah tentu mempunyai tradisi lokal dalam menangani keamanan pangan yang selama ini cenderung dilupakan atas nama modernisasi pertanian. Dan pemerintah perlu memfasilitasi revitalisasi pranata-pranata lokal, karena esensi dan eksistensinya desa berpotensi dan mampu mewujudkan ketahanan dan diversifikasi pangan,” jelas Sri Sultan.

Sri Sultan menambahkan, FAO sebagai organisasi pangan dan pertanian dunia telah menetapkan cara menunjukkan eksistensi ketahanan pangan sebuah negara. Ketahanan pangan telah tercapai jika setiap rumah tangga selalu dapat mengakses pangan secara fisik maupun ekonomi. Selain itu, tiap rumah tangga juga harus mampu mewujudkan pola konsumsi pangan yang cukup, beragam, bergizi, dan berimbang.

“Itu semua guna mendukung hidup sehat, aktif, dan produktif bagi seluruh anggota keluarga. Karena itulahKkwenangan daerah dalam kebijakan ketahanan pangan dapat menjadi cara mengatasi situasi kerawanan pangan. Dengan beragam keunggulan komparatif dan kompetitif, setiap daerah bebas mengembangkan komoditas pangan lokalnya,” papar Sri Sultan.

Sri Sultan berpendapat, ketahanan pangan di Indonesia masih memerlukan intervensi pemerintah, baik pusat maupun daerah. Di beberapa negara lain seperti Korea Selatan, Jepang, dan Malaysia, peran pemerintah tetap besar dalam memperkuat ketahaan pangan, bahkan sampai saat ini.

“Pada era otonomi daerah ini, perlu dirumuskan perimbangan peran yang harus ditangani pusat dan wajib dikerjakan daerah, agar tercipta ketahanan pangan yang kuat di seluruh tanah air,” imbuh Sri Sultan.

Sementara itu, Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda DIY, Tri Saktiyana mengatakan, diversifikasi pangan lokal penting dilakukan dengan cara memberikan perhatian lebih pada produk pangan lainnya selain beras. Hal ini bisa dilakukan karena hadirnya pula tren hidup sehat, di mana konsumsi makanan non beras lebih diutamakan.

“Melalui gaya hidup sehat ini kita dorong konsumsi makanan non beras agar ketergantungan pada beras bisa turun, meski produksi beras tetap ditingkatkan. Selanjutnya, Sri Sultan juga berpesan perlu adanya jaringan yang lebih erat dan luar antar kabupaten/kota se-DIY supaya bisa dilakukan saling silang produk pertanian,” imbuhnya.



Scroll to top